BRIN Beberkan Alasan Banyak Startup Gagal
- account_circle Faqih Haq
- calendar_month Rabu, 22 Okt 2025
- visibility 22
- comment 0 komentar

Ilustrasi Startup
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap salah satu penyebab utama banyaknya perusahaan rintisan (startup) gagal berkembang bahkan bangkrut. Faktor terbesarnya, karena produk atau layanan yang dikembangkan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
“Banyak sekali startup gagal, alasan utamanya no marketing. Jadi, sebenarnya apa yang dihasilkan startup tidak inline (sejalan) dengan apa yang dibutuhkan masyarakat,” kata Sekretaris Deputi Bidang Riset dan Inovasi Daerah BRIN, Yurike Patrecia Marpaung, dalam acara Jakarta Innovation Days (JID) 2025 di Jakarta Pusat, Selasa (21/10) malam.
Selain itu, banyak hasil riset startup tidak mendapatkan dukungan yang memadai, termasuk dari sisi pendanaan dan regulasi.
“Sering sekali startup itu jatuh, karena hasil riset yang mereka kembangkan tidak mendapat dukungan, apakah pendanaan atau regulasi. Sering sekali ketika startup memulai, di proses selanjutnya jatuh, ini berdampak terhadap ekosistem riset dan inovasi,” jelas Yurike.
Menurutnya, proses riset yang dilakukan startup memang tidak langsung menghasilkan manfaat keekonomian. Hasil riset lebih sering berupa teknologi atau model yang butuh waktu untuk bisa diimplementasikan.
Peran BRIDA Dorong Integrasi Riset Daerah
Untuk memperkuat ekosistem riset dan inovasi di daerah, Yurike menilai Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) memiliki peran penting sebagai penghubung berbagai simpul riset di wilayah.
“BRIDA bisa menyaring dan memberikan fasilitas supaya riset-riset bisa memenuhi kualifikasi-kualifikasi. Lalu, pusat riset dan inovasi di Jakarta nantinya bisa mengintegrasikan hasil riset dalam kebijakan,” ujarnya.
Langkah ini diharapkan dapat membantu startup agar riset mereka tidak berhenti di tengah jalan dan dapat diterapkan secara lebih luas.
Dalam kesempatan yang sama, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI Jakarta memperkenalkan inisiatif baru bernama Jakarta Research and Innovation Ecosystem (JRIE).
JRIE dirancang sebagai wadah kolaborasi antara akademisi, startup, inovator, Organisasi Perangkat Daerah (OPD), serta Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk berbagi ide dan solusi atas berbagai permasalahan di Jakarta.
“Kami akan launching (luncurkan) segera. Jakarta Research and Innovation Ecosystem, niatnya berlaku untuk seluruh Indonesia. Jadi, startup dari mana pun, startup dari Probolinggo, startup dari Yogyakarta silahkan bergabung di sini. Siapa tahu memang bisa menyelesaikan permasalahan Jakarta,” kata Kepala Pusat Riset dan Inovasi Daerah Bappeda DKI Jakarta, Andhika Ajie.
Dengan kolaborasi lintas daerah dan sektor, Jakarta berharap JRIE bisa menjadi model ekosistem inovasi nasional yang memperkuat daya saing startup Indonesia di masa depan.
- Penulis: Faqih Haq

Saat ini belum ada komentar