Sisi dan Fungsi Istana Pada Zaman Soekarno
- account_circle Orbitnews Co
- calendar_month Rabu, 27 Agt 2025
- visibility 51
- comment 0 komentar

Presiden Soekarno memakai ruang di sisi timur Istana Merdeka sebagai kamar tidurnya. Ruang tidur itu berseberangan dengan ruang kerjanya dan dipisahkan oleh bangsal luas yang dikenal sebagai ruang resepsi.
Ruang tidur Bung Karno tidak mempunyai kamar mandi sendiri. Bung Karno dan Ibu Fatmawati menggunakan kamar mandi yang terletak di belakang kamar tidur, bersebelahan dengan kamar tidur Guntur, anak sulung mereka. Semuanya berada di sisi timur Istana Merdeka.
Sisi barat depan Istana Merdeka dipergunakan bagi kegiatan-kegiatan yang lebih resmi. Di antara serambi depan dan ruang kerja Presiden semula merupakan teras terbuka dengan perabotan dari rotan.
Sebagian ruangan menjadi ruang tunggu untuk para Duta Besar sebelum menyerahkan surat-kepercayaan kepada Presiden. Sebagian lagi menjadi ruang tamu Presiden yang kemudian dikenal sebagai ruang Jepara karena ruangan ini pada masa Presiden Soeharto diisi dengan meja-kursi kayu dan ragam interior dari ukiran Jepara.
Ruang kerja Presiden Soekarno diisi dengan meja dari kayu masif, setelan kursi tamu dari kulit, dan dua dinding yang dipenuhi lemari buku yang tingginya sepertiga dinding. Ruang kerja ini nyaris tidak berubah setelah ditinggalkan Bung Karno dan selama 32 tahun dipergunakan oleh Presiden Soeharto. Baru pada masa Presiden B.J. Habibie ruang tersebut mengalami sedikit perubahan.
Ketika putra-putri Bung Karno masih kecil, mereka tidak dikirim ke sekolah umum. Sebuah gazebo di pelataran tengah diubah menjadi kelas taman kanak-kanak bagi mereka. Gazebo itu di masa Hindia-Belanda dipakai sebagai muziek-kopel- tempat para pemusik bermain pada acara-acara pesta kebun. Guru untuk taman kanak-kanak itu didatangkan ke sana. Anak-anak staf Istana yang seusia juga diajak “bersekolah” di situ untuk menemani putra-putri Bung Karno. Kebanyakan mereka tinggal di bangunan samping untuk karyawan Istana.
Di pelataran juga terdapat sebuah bangunan yang disebut “sanggar“. Bangunan itu terbuat dari kayu, bertingkat dua, dan sering dipakai Bung Karno sebagai studio untuk melukis atau menulis naskah pidato. Kelak di atas lokasi ini Presiden Soeharto membangun Puri Bhakti Renatama yang berfungsi sebagai museum untuk menyimpan lukisan dan benda-benda seni.
Pada masa Bung Karno, bagian-bagian luar Istana masih terbuka sehingga merupakan serambi-serambi dan beranda-beranda yang luas. Sekeliling Istana, sekalipun berpagar, tetap memberi kesan terbuka. Beberapa bagian beranda yang terbuka itu dilengkapi dengan setelan kursi rotan. Di situ kadang-kadang Presiden Soekarno menemui tamu-tamunya, termasuk juga melayani wawancara para wartawan.
- Penulis: Orbitnews Co

Saat ini belum ada komentar